21 Jun 2011

Analisa Forex by Forexindo


Outlook Jepang

  • Data terakhir memperlihatkan bahwa ekspor Jepang pada Mei mengalami penurunan lebih dari perkiraan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa menurunnya permintaan asing pada produk Jepang akan memperlemah factory production dan menunda pemulihan ekonomi Jepang pasca bencana. Sementara itu disisi lain dengan adanya upaya rekonstruksi, impor Jepang meningkat (terutama impor minyak bumi dan gas alam), menjadikan defisit perdagangan terhitung dalam 2‐bulan berturut‐turut yang merupakan defisit perdagangan terbesar sejak Januari 2009 silam.
  • Melonjaknya defisit perdagangan meningkatkan kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi akan lebih lemah dari proyeksi sebelumnya dan meningkatkan ekspektasi bahwa BOJ akan melakukan upaya pelonggaran moneter berikutnya melalui mekanisme yang masih tersedia. Ekonomi negara maju masih bertumbuh dalam laju yang lambat sementara negara menengah – berkembang tengah melakukan upaya pengetatan moneter, hal tersebut tentu saja akan berdampak pada ekspor Jepang dalam beberapa bulan mendatang.

Outlook GBP

  • Poundsterling masih berada dalam kisaran perdagangan sebelumnya – sempat berfluktuasi mengikuti pergerakan euro yang dipengaruhi oleh perkembangan seputar krisis utang Yunani.
  • GBPUSD sempat tertekan di awal sesi Senin namun masih gagal menembus level terendah hampir sebulan, di 1.6080 (Kamis 16/Jun), setelah pasar bereaksi negatif terhadap pertemuan menteri keuangan Eropa masih menunda kesepakatan mengenai bantuan lanjutan untuk Yunani.
  • Poundsterling berpotensi mengalami fluktuasi oleh sejumlah isu pesimis dari berbagai sisi hari ini – suramnya perekonomian Inggris dan AS, serta krisis utang Yunani.
  • Hari ini pasar akan menantikan hasil voting kabinet pemerintahan Yunani (yang belakangan di‐reshuffle) untuk langkah penghematan baru (new austerity measure) sebagai syarat perolehan program bantuan pinjaman untuk menghindari default (gagal bayar) hutangnya. Sementara itu pasar juga akan menantikan rilis data PSNB Mei yang beresiko semakin menyuramkan kondisi perekonomian Inggris karena diperkirakan akan mengindikasikan lonjakan defisit anggaran Inggris.
  • Dari AS, pasar akan menanti rilis data perumahan AS periode Mei, yang diproyeksikan akan menunjukkan tekanan di perekonomian.

Outlook Eropa

  • Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan ECB untuk menaikkan suku bunga secara gradual untuk menahan laju inflasi diatas target ECB sendiri. IMF menganggap pemulihan ekonomi Uni‐Eropa telah berjalan sesuai harapan dan untuk itu normalisasi tingkat suku bunga diharapkan akan diproses secara gradual. Sementara itu IMF juga menekankan pentingnya bagi otoritas keuangan Uni‐Eropa menerapkan langkah‐langkah tegas untuk menanggulangi mengerucutnya krisis keuangan Yunani dan penyebarannya pada negara lain di kawasan Uni‐Eropa.
  • Menteri‐menteri keuangan Uni‐Eropa menyatakan akan memberikan pinjaman senilai 12 miliar euro pada pertengahan Juli mendatang dengan syarat pemerintah Yunani harus menerapkan pemangkasan anggaran yang progresif, kenaikan pajak dan melakukan privatisasi perusahaan nasionalnya. Uni‐ Eropa memberikan tekanan baik pada pemerintah Yunani maupun oposisi agar mendukung rencana tersebut, sebagai prasyarat untuk mendapatkan bantuan 12 miliar euro dan juga bailout lanjutan. Uni‐Eropa menekankan Yunani harus menyetujui syarat‐syarat tersebut 2‐minggu sejak awal pekan ini, sehingga pada 03 Juli akan dapat diambil keputusan.
  • Euro melemah terhadap Swiss franc menyusul berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis hutang Yunani yang kemudian memicu investor untuk mengalihkan investasinya pada aset yang berstatus safe haven. Euro mencatat pelemahan ke session low 1.2015 franc atau turun 0,3% pada perdagangan perdana pekan ini. Namun demikian euro ditutup menguat tipis terhadap dollar terdorong komentar dari Klaus Regling – Kepala European Financial Stability Facility, yang menyatakan bahwa pihaknya akan menaikkan dana penjaminan menjadi 780 miliar euro dari 480 miliar.

Outlook US & Global

  • Euro dan harga minyak masih goyah Senin kemarin karena investor masih menghindari aset‐aset berisiko tinggi setelah menteri keuangan Eropa menunda program lanjutan pinjaman darurat ke Yunani hingga negara yang sedang dililit utang tersebut menyetujui langkah‐langkah penghematan baru (new austerity measures). Hasil pertemuan menterui‐menteri keuangan Zona Euro di Luksemburg kemarin memutuskan untuk memberikan waktu 2 minggu kepada Yunani untuk menyetujui langkah‐langkah penghematan ketat untuk memperoleh bantuan pinjaman lanjutan senilai €120 milyar ($17 miliar) – sebuah tekanan terhadap pemerintah Yunani untuk memperbaiki kondisi keuangannya yang morat‐marit.
  • Namun, investor masih bergulat dengan kekhawatiran apakah krisis utang Yunani ini akan beresiko sistemik. Berita dari Eropa tersebut awalnya dianggap negatif, namun mayoritas trader akhirnya menyimpulkan Yunani akan mendapatkan bantuan yang memadai di akhir tahun untuk mencegah default.
  • Sementara itu, Swiss franc yang masih cenderung menguat mengindikasikan bahwa kecemasan masih menghantui pasar meskipun bursa saham Wall Street mulai rebound dan harga‐harga di pasar Treasury AS mulai stabil. Euro melemah terhadap Swiss franc, berhasil mengatasi tekanannya atas dolar AS dan yen. Sementara indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia tidak banyak berubah dari Jumat sebelumnya, di areal $75.
  • EURUSD naik sekitar 0,2% ke atas areal 1.4300an, sementara EURCHF melemah sekitar 0,1% di sekitar 1.2100an. Sementara indeks utama bursa saham Tokyo berpotensi melanjutkan kenaikan di pembukaan hari ini setelah indeks Nikkei tipe kontrak September di pasar Chicago naik 65 poin ke 9.445.
  • Indeks volatilitas CBOE <VIX.>, yang mengukur tingkat kekhawatiran pasar di bursa Wall Street, turun 8,2% ‐ sebuah persentase penurunan dalam basis harian terbesar dalam tiga bulan. Sebelumnya indeks volatilitas Euro‐STOXX50 <.V2TX>, yang mengukur tingkat kekhawatiran investor di bursa Eropa, ditutup naik 5,3%.
  • Harga obligasi AS bertenor 10 tahun <US10YT=RR> turun ke level 3/32 dengan yield 2,95% ‐ setelah merosot 2,89%, areal support kuat untuk yield obligasi AS tersebut dan sekaligus yield terendahnya sejak awal Desember yang sempat di‐test minggu lalu. Resiko penurunan lebih lanjut pada yield obligasi AS nampaknya akan sangat bergantung pada sentimen investor – dari krisis utang Eropa serta rilis data ekonomi pesimis yang memicu investor 'lari' dari aset‐ aset beresiko tinggi.
  • Indeks utama bursa saham Eropa, FTSEurofirst 300 <.FTEU3>, ditutup turun 0,5% akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis utang Yunani dan kemungkinan penurunan peringkat utang di Italia. Sementara indeks saham dunia dari MSCI turun 0,1%.
  • Harga minyak mentah brent <LCOc1> di bursa berjangka juga turun, sebesar 1,3% ke level $111,69/barel. Harga minyak mentah di bursa berjangka AS <CLc1> mentah ringan naik 0,27% ke level $93,32 usai penutupan NY. Sementara harga emas di bursa berjangka AS tipe kontrak Agustus berakhir naik 0,2% ke areal $1,542/ons.

0 komentar:

Posting Komentar